Saturday, June 18, 2016

My AAS Journey - Part 2




Kegalauan tidak terhenti bahkan semakin menjadi-jadi setelah menerima undangan interview JST dan tes IELTS dari pihak AAS. Saya memiliki waktu 7 minggu untuk mempersiapkan diri. Saya pun mulai bertekad untuk “make the most of it”. 

Pada saat pengumuman kelulusan ini diumumkan, kebetulan saya sedang dalam masa akhir pembekalan bahasa yang diadakan oleh pihak LPSDM (Lembaga Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) Aceh di kota Banda Aceh. Minggu pertama dan kedua pengumuman saya masih fokus pada persiapan IELTS, akan tetapi saat pembekalan berakhir, konsentrasi saya pun mulai buyar karena saya sudah harus kembali mengajar di Lhokseumawe. Saat menuju JST pun hanya tinggal 5 minggu lagi. Disertai dengan kesibukan mengajar saya yang waktu itu mencapai 28 jam/minggu dan tanggung jawab mengurusi perlombaan dan ekstrakurikuler yang diikuti siswa, saya benar-benar kelabakan. Rasanya 24 jam dalam sehari tidaklah cukup. 

Selama 2 minggu berturut-turut saya hanya membrowsing pengalaman-pengalaman alumni saat interview, mencari pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan besar akan ditanya juga menanyakan tips-tips lulus wawancara kepada beberapa AAS awardees dan alumni yang saya kenal. Saya pun mengesampingkan berlatih IELTS pada saat itu karena memang terkendala dengan waktu dan tidak ada teman belajar (tidak patut ditiru >.< ). 

Hingga pada akhirnya di minggu ke 5 , salah seorang teman bernama Liza Yulianti yang masuk shorlisted AAS juga mengabari saya bahwa ada temannya shorlisted lain yang berdomisili di Matang Glumpang Dua sedang mencari teman belajar IELTS untuk persiapan tes. Saya pun meminta kontak temannya dan kami pun mulai mengatur waktu untuk bertemu. Dari pertemuan ini, kami pun sepakat untuk mempersiapkan diri bersama untuk menaklukkan IELTS dan juga wawancara. Terkadang, Rita yang harus datang menemui saya di pesantren tempat saya mengajar atau saya menemui Rita di rumahnya atau bahkan kami berdua sepakat untuk bertemu di Geurugok (sebagai lokasi tengah). Hal ini rutin kami lakukan sampai pada hari H itu pun datang. 

Tanggal 8 Januari 2016, saya mulai mengikuti tes speaking IELTS. Karena abjad nama saya dimulai dengan huruf “A”, maka saya pun menjadi kandidat pertama yang dipanggil. Alhamdulillah, speaking tes berjalan dengan lancar. Esoknya, saya dan seluruh para shortlisted mengikuti listening, reading dan writing IELTS. Semua rangkaian tes ini selesai pada pukul 12 siang dan saya pun masih memiliki waktu satu hari free untuk persiapan wawancara.

Pada hari H wawancara, kembali saya pun menjadi kandidat pertama yang dipanggil di hari kedua wawancara. Pada awalnya, saya agak sedikit tegang, lalu kemudian mulai mencair perlahan seiring diskusi yang berlangsung dan guyonan yang dilontarkan para interviewer. Lebih tepatnya, wawancara pada saat itu lebih seperti diskusi karena saya bisa dengan leluasa dan nyaman menyampaikan visi misi saya dan menjawab pertanyaan para interviewer.  Basically, hampir semua pertanyaan yang ditanyakan kepada saya pada saat itu bersangkutan dengan essay yang telah saya submit. Ada juga beberapa hal lain di luar essay  yang ditanyakan, tapi kesemuanya berhubungan dengan diri kita dan cara pandang kita terhadap sesuatu. 

Berikut beberapa pertanyaan dari interviewers yang masih saya ingat:
1.      Why do you choose TESOL as your major?
2.      Why do you prefer Monash and Daekin?
3.      What is the picture of you 10 years later?
4.      Tell us your experience when you lead an event or anything!
5.      What is a leader? What should a leader have?
6.      What challenges you faced when you were in undergraduate program?
7.      How do you keep yourself learning?
8.      How will you overcome Islamophobic?
9.      Etc.

No comments:

Post a Comment